Rasulullah SAW
Rasulullah SAW

Dalam sejarah Islam, perjalanan hidup Rasulullah SAW menjadi teladan utama bagi umat Muslim di seluruh dunia, termasuk dalam pelaksanaan ibadah haji. Sebagai rukun Islam kelima, haji memiliki kedudukan sangat mulia dan menjadi dambaan setiap Muslim. Namun, tahukah Anda berapa kali Rasulullah SAW menunaikan ibadah haji dalam hidupnya? Pertanyaan ini sering muncul dalam kajian dan diskusi keagamaan, karena berkaitan langsung dengan pemahaman kita terhadap praktik ibadah yang diajarkan oleh Rasulullah.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu menelusuri sirah Nabawiyah (sejarah hidup Nabi), hadis-hadis sahih, serta pendapat para ulama. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam jumlah haji yang dilakukan Rasulullah SAW, konteks sejarahnya, serta hikmah dari ibadah haji beliau.

Rasulullah SAW dan Ibadah Haji

Konteks Sejarah Ibadah Haji Sebelum Islam

Ibadah haji bukanlah praktik baru yang muncul setelah turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam sejarah, haji telah dilakukan sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Ka’bah sebagai pusat pelaksanaan ibadah haji dibangun oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail AS, sebagai rumah ibadah kepada Allah SWT. Praktik tawaf, sai, dan wukuf sudah dikenal sejak saat itu, meskipun dalam perkembangannya mengalami penyimpangan oleh kaum Quraisy di masa Jahiliyah.

Ketika Islam datang, Rasulullah SAW meluruskan kembali pelaksanaan ibadah haji kepada ajaran tauhid yang murni, membersihkannya dari unsur syirik dan tradisi-tradisi yang menyimpang. Inilah yang menjadikan haji dalam Islam bukan sekadar ritual, tetapi sebagai bentuk penghambaan diri secara total kepada Allah.

Awal Mula Turunnya Kewajiban Haji

Kewajiban haji diturunkan dalam tahun ke-9 Hijriah melalui firman Allah SWT dalam Surah Ali Imran ayat 97:

“…Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah…” (QS. Ali Imran: 97)

Namun, pada tahun ke-9 H, Rasulullah SAW belum langsung menunaikan ibadah haji. Beliau justru mengutus Abu Bakar RA sebagai amirul hajj untuk memimpin pelaksanaan haji umat Islam pertama setelah penaklukan Makkah. Ini merupakan langkah strategis untuk memurnikan kembali haji sebelum Rasulullah sendiri menunaikannya.

Berapa Kali Rasulullah SAW Melaksanakan Haji?

Haji Satu Kali Sepanjang Hidupnya

Berdasarkan riwayat-riwayat sahih dari hadis dan catatan para sejarawan Islam, Rasulullah SAW hanya melaksanakan ibadah haji satu kali sepanjang hidupnya, yaitu pada tahun ke-10 Hijriah. Haji ini dikenal sebagai Haji Wada’ atau Haji Perpisahan, karena dilaksanakan setahun sebelum wafatnya beliau.

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya:

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW berhaji satu kali dan umrah empat kali.” (HR. Muslim)

Dengan demikian, jelaslah bahwa jumlah haji yang dilakukan Rasulullah SAW hanya satu kali, dan itu pun setelah turunnya perintah haji.

Perbedaan Dengan Jumlah Umrah

Sering kali ada kebingungan antara ibadah haji dan umrah. Kedua ibadah ini memang sama-sama melibatkan kunjungan ke Ka’bah dan serangkaian ritual yang mirip. Namun, secara teknis dan hukum, keduanya berbeda. Haji memiliki waktu dan rukun tertentu yang tidak bisa ditinggalkan, seperti wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah.

Sementara itu, umrah bisa dilakukan kapan saja sepanjang tahun, tanpa harus berada pada bulan haji. Rasulullah SAW tercatat melakukan umrah sebanyak empat kali, namun hanya sekali menunaikan haji.

Haji Wada’: Perjalanan Spiritual Terakhir Sang Nabi

Persiapan dan Keberangkatan

Pada tahun ke-10 H, ketika umat Islam sudah berada dalam kondisi stabil pasca penaklukan Makkah dan penyebaran Islam di Jazirah Arab, Rasulullah SAW menyampaikan niat untuk berhaji. Berita ini menyebar luas ke seluruh penjuru, sehingga banyak umat Islam dari berbagai daerah turut serta dalam rombongan haji.

Diperkirakan sekitar 100.000 lebih jamaah ikut dalam haji bersama Rasulullah SAW. Ini menjadi haji terbesar dalam sejarah Islam pada masa itu, dan merupakan peristiwa penting karena Nabi SAW akan menyampaikan khutbah yang sarat dengan pesan-pesan terakhir untuk umatnya.

Rangkaian Ibadah Haji Wada’

Rasulullah SAW melaksanakan manasik haji sesuai dengan tuntunan syariat yang diturunkan oleh Allah SWT. Berikut ini adalah ringkasan perjalanan haji beliau:

  • Miqat di Dzul Hulaifah (Bir Ali): Rasulullah SAW berihram dari Dzul Hulaifah dengan niat haji qiran (menggabungkan haji dan umrah).
  • Tawaf Qudum: Saat tiba di Makkah, beliau melakukan tawaf sebagai bagian dari ibadah haji.
  • Sai antara Shafa dan Marwah: Sebagai bagian dari rukun haji, beliau menelusuri bukit Shafa dan Marwah.
  • Wukuf di Arafah: Ini adalah inti dari ibadah haji. Rasulullah SAW berwukuf pada 9 Dzulhijjah dan menyampaikan khutbahnya yang dikenal sebagai Khutbah Wada’.
  • Mabit di Muzdalifah dan Mina: Rasulullah SAW melaksanakan mabit dan melontar jumrah, sesuai dengan tuntunan haji yang diajarkan kepada umat Islam.
  • Tawaf Ifadah dan Tahallul: Rasulullah SAW menyelesaikan rukun haji dengan tawaf ifadah dan melakukan tahallul.

Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji, beliau kembali ke Madinah. Perjalanan ini meninggalkan jejak spiritual yang mendalam dan menjadi referensi utama pelaksanaan haji umat Islam hingga kini.

Khutbah Perpisahan yang Menggetarkan

Salah satu momen paling mengharukan dalam Haji Wada’ adalah khutbah yang disampaikan Rasulullah SAW di Padang Arafah. Dalam khutbah ini, beliau menyampaikan pesan-pesan penting kepada umat Islam. Beberapa poin penting dari khutbah tersebut antara lain:

  • Larangan riba dan dendam masa jahiliyah
  • Penegasan atas hak-hak perempuan
  • Persamaan manusia di hadapan Allah
  • Pentingnya berpegang pada Al-Qur’an dan sunnah

Rasulullah SAW menutup khutbahnya dengan kalimat terkenal:

“Bukankah aku telah menyampaikan?” Para sahabat menjawab, “Benar, Engkau telah menyampaikan.” Maka Rasulullah SAW mengangkat jari telunjuk ke langit dan berkata: “Ya Allah, saksikanlah…”

Itulah haji terakhir beliau, dan juga perpisahan terakhir dengan umatnya dalam kondisi berkumpul secara masif.

Hikmah dari Haji Rasulullah SAW

Ibadah yang Penuh Pendidikan

Haji Rasulullah SAW bukan hanya ibadah, tapi juga menjadi sarana pendidikan bagi umat. Selama perjalanan haji, Rasulullah SAW senantiasa memberikan bimbingan langsung, menjelaskan manasik, dan menunjukkan dengan praktik nyata. Ini adalah metode dakwah yang sangat efektif—mengajarkan bukan hanya dengan kata, tetapi juga dengan contoh nyata.

Para sahabat yang mengikuti haji bersama Rasulullah kemudian menjadi rujukan utama dalam penyebaran ilmu tentang haji kepada generasi setelahnya. Mereka menjadi saksi langsung pelaksanaan ibadah haji yang benar menurut tuntunan Nabi.

Penegasan Akhir Misi Kenabian

Haji Wada’ menandai fase akhir dari misi kenabian Rasulullah SAW. Dalam peristiwa itu, turunlah wahyu dari Allah SWT:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu menjadi agama bagimu.” (QS. Al-Ma’idah: 3)

Ayat ini menunjukkan bahwa Islam telah lengkap dan sempurna. Haji Rasulullah menjadi simbol penyempurnaan risalah, dan sejak saat itu, tugas Nabi sebagai penyampai wahyu sudah tuntas.

Kesederhanaan dalam Ibadah

Meski beliau seorang pemimpin besar, Rasulullah SAW melaksanakan haji dengan penuh kesederhanaan. Tidak ada kemewahan atau keistimewaan duniawi yang menyertainya. Semua tahapan haji dilakukan dengan ketundukan, kesabaran, dan keteladanan. Ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa inti dari haji adalah penghambaan total kepada Allah, bukan status atau kebanggaan sosial.